Langsung ke konten utama

Bab I Asset Tetap

 A. Pengertian Asset Tetap

Menurut PSAK (2004) pengertian aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. 

Pengertian aktiva tetap menurut Ikatan Akuntansi Indonesia adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

PSAK No. 16 menyatakan bahwa “suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.” Yang dimaksud dengan biaya (harga) perolehan aktiva tetap adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

B.    Jenis-jenis Aktiva Tetap

Menurut S. Munawir (2007) jenis-jenis aktiva tetap adalah sebagai berikut:

  1. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parker dan lain sebagainya.
  1. Bangunan, merupakan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik.
  1. Mesin.
  1. Inventaris, atau barang-barang yang menunjang produksi.
  1. Kendaran merupakan fasilitas yang digunakan untuk transportasi perusahaan.
  1. Perlengkapan atau alat-alat lainnya, mencakup aset yang digunakan dalam kegiatan operasional seperti furniture kantor, mesin pabrik, dan lain sebagainya.
  1. Gedung dan bangunan
  1. Tanah
  1. Peralatan
  1. Kendaraan
  1. Mesin
  1. Lisensi
  1. Hak Cipta
  1. Merek Dagang
  1. Sistem Keamanan
  1. Franchise
  1. Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)
  1. Digunakan dalam kegiatan operasional
  1. Tidak untuk dijual ke konsumen
  1. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun
  1. Digunakan dalam kegiatan perusahaan
  1. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan
  1. Nilainya cukup besar
Akumulasi Penyusutan Mesin        Rp 140.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Mesin        Rp 160.000.000,-
Jurnal Transaksi:
Harga Truk     B                              Rp 260.000.000,-
Akumulasi Dep. Truk A                 Rp    40.000.000,-
                Truk A                                                     Rp 100.000.000,-
                Kas                                                          Rp 200.000.000,-
Jurnal Transaksi:
Harga Truk     B                              Rp  75.000.000,-
Akumulasi Dep. Truk A                 Rp 120.000.000,-
Kas                                                 Rp     5.000.000,-
                Truk A                                                     Rp 200.000.000,-
                
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva tetap dicatat sebesar biaya yang telah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi hal ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.
Misalnya PT. GoSmart menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang dinilai sebagai berikut :
Tanah Rp  75.000.000,00
Gedung Rp100.000.000,00+
Rp175.000.000,00

Apabila dalam penerimaan hadiah tersebut PT. GoSmart mengeluarkan biaya sebesar Rp10.000.000,00 maka modal hadiah akan dikredit dengan jumlah Rp175.000.000,00. Apabila donasi yang diterima itu belum pasti akan menjadi milik perusahaan (karena tergantung pada terlaksanya perjanjian) maka aktiva dan modal dicatat sebagai elemen yang belum pasti (contingent). Bila hak atas aktiva tersebut sudah diterima maka barulah contingent atas aset dicatat sebagai harta (aktiva).

Dari penjabaran jenis-jenis di atas,  aktiva tetap juga dapat digolongkan menjadi aktiva tetap berwujud dan tak berwujud.

Aktiva Tetap Berwujud

Aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang memiliki bentuk fisik dan bersifat relatif permanen. aktiva tetap berwujud juga dapat mengalami penyusutan nilai. contoh-contohnya:

Aktiva Tetap Tak Berwujud

Aktiva tetap tak berwujud biasanya berbentuk hak-hak usaha yang dimiliki perusahaan antara lain:

C.    Karakteristik Aktiva Tetap

Menurut Jerry J. Weygandt (2007), karakteristik aktiva tetap yaitu:

Sedangkan menurut Soemarso S.R (2005), karakteristik aktiva tetap adalah sebagai berikut:

D.    Perolehan Aktiva Tetap dan Cara Pencatatannya

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut akan dibicarakan masingmasing perolehan aktiva tetap dan penentuan harga perolehan:

1. Pembelian Tunai

Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.

Contoh:

Perusahaan membeli Mobil dengan harga Rp100.000.000,00; perusahaan juga membayar biaya angkut sebesar Rp500.000; biaya balik nama Rp2.000.000,00. maka perhitungan harga perolehan mobil adalah sebagai berikut:

Harga mobil                        Rp 100.000.000,00

Biaya angkut                       Rp       500.000,00

Biaya balik nama                Rp    2.000.000,00 +

Total harga perolehan         Rp102.500.000,00

Jurnal Untuk Mencatat Transaksi :

Mobil                               Rp 100.000.000,-

Biaya angkut                   Rp   500.000,00

Biaya balik nama            Rp 2000.000,00

            Kas                                                Rp    102.000.000,-


2.    Pembelian secara Lumpsum/ Gabungan

Apabila dalam pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan berdasarkan alokasi yang proporsional pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK No. 16, harga perolehan dari setiap aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.

Contoh:

Perusahaan membeli tanah dan bangunan di atasnya dengan harga gabungan Rp500.000.000,00. Berdasarkan data dari kantor pajak, dari jumlah pajak atas tanah dan bangunan tersebut, 60% dikenakan atas bangunan dan 40% dikenakan atas tanah.

Berdasarkan perbandingan pajak yang dikenakan aktiva tersebut, harga perolehan dialokasikan sebagai berikut :

Harga perolehan tanah 40% x Rp500.000.000,00         = Rp200.000.000,00

Harga perolehan bangunan 60% x Rp500.000.000,00  = Rp300.000.000,00 +

Jumlah                                                                           = Rp500.000.000,00

Jurnal Untuk Mencatat Transaksi :

Tanah                       Rp 200.000.000,-

Bangunan              Rp 300.000.000,00

            Kas                                Rp    500.000.000,-

          

3. Perolehan Melalui Pertukaran

a. Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar aktiva tersebut. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan berdasarkan harga pasar aktiva tersebut. Apabila harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan.

Nilai pertukaran ini dijadikan sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat-surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio/disagio.

Contoh:

PT BukuPintar menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa nominal @ Rp10.000,00. Pada saat pertukaran harga pasar saham sebesar Rp11.000,00 per lembar.

Harga perolehan 1000 x Rp 11.000,00        = Rp 11.000.000,00

Jurnal Untuk Mencatat Transaksi :

Mesin               Rp 11.000.000,-

            Agio Saham                                Rp    1.000.000,-

            Saham Biasa                                Rp 10.000.000,-

Harga perolehan mesin adalah Rp11.000.000,00 untuk selisih nilai pertukaran sebesar Rp1.000.000,00 dicatat sebagai agio saham. 

b. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain

Pembelian aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara “tukar tambah” dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam kondisi ini, harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh. 

1)    Pertukaran Aktiva Tetap Yang Tidak Sejenis

Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin, tanah dengan gedung, dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.

Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aktiva yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai wajar aktiva baru.

Contoh:

Pada awal tahun PT BaraSukses menukarkan mesin produksi dengan truk baru, harga perolehan mesin produksi sebesar Rp200.000.000,00 dengan akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp140.000.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp60.000.000,00. 

Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp70.000.000,00 dan PT BaraSukses harus membayar uang sebesar Rp180.000.000,00 dengan harga perolehan truk sebesar Rp250.000.000,00. Perhitungannya sebagai berikut:

Nilai wajar mesin produksi           Rp  70.000.000,00

Uang tunai yang dibayarkan         Rp180.000.000,00 +

Harga perolehan truk                    Rp250.000.000,00


Laba pertukaran mesin dihitung sebagai berikut :

Nilai wajar mesin                                                              Rp 70.000.000,00

Harga perolehan mesin                 Rp200.000.000,00

Akumulasi depresiasi mesin         Rp140.000.000,00

nilai buku mesin                                                                Rp 60.000.000,00 -

Laba pertukaran mesin                                                      Rp 10.000.000,00


Jurnal :

Truk                                                Rp 250.000.000,-

                Laba Pertukaran Mesin                       Rp   10.000.000,-

                Mesin Lama                                        Rp 200.000.000,-

                Kas                                                      Rp 180.000.000,-

Apabila mesin di atas ditukarkan pada pertengahan tahun 2020 dan bukannya awal tahun 2020, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk ½ tahun 2020 dan baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur ekonomis mesin adalah 5 tahun.

Perhitungan 6/12 x 1/5 x Rp200.000.000,00         = Rp  20.000.000,00

Sehingga akumulasi depresiasi mesin adalah  (Rp140.000.000,00 + Rp20.000.000,00)

                                                                                = Rp  160.000.000,00

Laba pertukaran mesin dapat dihitung sebagai berikut :

Nilai wajar mesin                                                                                         Rp 70.000.000,00

Harga perolehan mesin                                                Rp200.000.000,00

Depresiasi s.d awal 2020         Rp140.000.000,00

Depresiasi 6 bulan                   Rp  20.000.000,00 +

                                                                                     Rp160.000.000,00 -

Nilai buku mesin                                                                                        Rp 40.000.000,00 -

Laba pertukaran mesin                                                                               Rp  30.000.000,00

Jurnal :

Truk                                                Rp 250.000.000,-

                Laba Pertukaran Mesin                       Rp   30.000.000,-

                Mesin Lama                                        Rp 200.000.000,-

                Kas                                                      Rp 180.000.000,-

2) Pertukaran Aktiva Tetap Sejenis

Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B, mobil merek A dengan merek B, dan seterusnya. 

PSAK No 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan (write down), nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus membayar uang dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan dikurangi uang yang diterima.

Pertukaran Dengan Mengeluarkan Kas:

PT SuperKarima menukarkan truk merek A dengan truk baru merek B. harga perolehan truk A sebesar Rp100.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp40.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp260.000.000,00. PT SuperKarima membayar Rp200.000.000,00

tunai. Perhitungannya sebagai berikut:

Harga perolehan truk A                 Rp100.000.000,00

Akumulasi depresiasi                    Rp  40.000.000,00 -

Nilai buku truk A                           Rp60.000.000,00

Kas yang dibayarkan                     Rp200.000.000,00 +

Harga perolehan truk B                 Rp260.000.000,00

Pertukaran Dengan Penerimaan Kas:

Sebagai contoh, misalnya PT. SiagaTrengginas menukarkan truk A dengan truk B. Harga perolehan truk A sebesar Rp200.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp120.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B Rp80.000.000,00 dan PT. SiagaTrengginas menerima uang Rp5.000.000,00. Perhitungan harga perolehan truk B sebagai berikut:

Harga perolehan truk A             Rp200.000.000,00

Akumulasi depresiasi                Rp120.000.000,00

Nilai buku truk A                       Rp  80.000.000,00

Kas yang diterima                     Rp    5.000.000,00

Harga perolehan truk B             Rp75.000.000,00

4. Pembelian Angsuran

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

Ilustrasi:

PT. Permono pada tanggal 2 Januari 2020 membeli mesin dengan harga Rp100.000.000. pembayaran pertama Rp40.000.000,00 dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun dengan bunga 12% pertahun. Pencatatan harga perolehan mesin dan pembayaran angsuran sebagai berikut :

31 Desember 2020

Pembayaran angsuran I             Rp20.000.000,00

Bunga : 12% x Rp60.000.000,00 = Rp   7.200.000,00 +

                             Rp27.200.000,00


Pembayaran angsuran II           Rp20.000.000,00

Bunga : 12% x Rp40.000.000,00   Rp  4.800.000,00 +

                              Rp24.800.000,00

Pembayaran angsuran III   Rp20.000.000,00

Bunga : 12% x Rp20.000.000,00   Rp 2.400.000,00+

                          Rp22.400.000,00

Harga perolehan mesin  = Rp 40.000.000,00 + Rp27.200.000,00 + Rp24.800.000,00 + Rp22.400.000,00 =     Rp 114.400.000,00

5. Diperoleh dari Hadiah/Donasi/Hibah

Contoh:






Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB I PENJUALAN ANGSURAN

PENGERTIAN PENJUALAN ANGSURAN Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya  dilaksanakan secara bertahap. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, pejual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran. Untuk menghindari resiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak mengalami kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain: 1.      Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan ke penjual. 2.      Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, kalau pembayarannya sudah lunas. Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali, factor-faktor yang harus diperhatikan penjual : 1.      Besarnya pembayaran pertama (down payment). 2.      Jangka waktu pembayaran.                      ...

Jenis Karakter dan Sumber Data

  JENIS, KARAKTER DAN SUMBER DATA 1. Pengertian Data Data dalam program aplikasi pegolah angka merupakan informasi baik berupa tulisan, angka, symbol, dan informasi lainnya yang memungkinkan untuk di entri kedalam program aplikasi pengolah angka, dalam hal ini Microsoft Excel. 2. Jenis –Jenis Data Dalam microsoft excel data dibagi menjadi empat. a. Data Angka (numeric) Data angka adalah data yang biasanya digunakan untuk operasi perhitungan,Data angka dapat berupa angka 0 sampai dengan 9, +, -, =, $, dan (…). Contoh : 20000, +20000, -20000, = 20000, $20000, (20000). b. Data Teks/Label Data teks/label merupakan data umum, seperti pada aplikasi pengolah kata. Data ini tidak akan dapat dihitung. Data ini diawali alfabet (a-z), kemudian bias diikuti karakter selain data angka dan alpha numeric (gabungan angka dan teks). Perbedaan antara data teks dan angka terletak pada perataan teksnya. Pada teks data akan merapat ke kiri, sedangkan pada numerik data akan merapat ke kanan. c. Data Tan...

Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas Jurnal penerimaan kas adalah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat kas yang diterima oleh suatu bisnis dari sumber manapun. Sumber utama penerimaan kas dalam bisnis perusahaan adalah sebagai berikut  Penanaman modal oleh pemilik  Penjualan tunai  Penjualan aset dengan uang tunai  Penerimaan dari pelanggan atau penerimaan piutang  Bunga deviden atau sewa  Pinjaman dari individu bank atau lembaga keuangan lainnya Bentuk jurnal penerimaan kas Contoh Transaksi 1. Penerimaan Piutang dalam Periode Diskon Berdasarkan data Perusahaan Piutang Toko Dhira sebesar Rp 33.000.000 dan pelunasan masih pada periode diskon, termin  1/10 net    30 , maka transaksi dapat dicatat sebagai berikut: Piutang        :                                          ...