Langsung ke konten utama

Bab V Aktiva Tetap Tidak Berwujud

A.    Pengertian Aktiva Tak Berwujud

    Dalam perekonomian yang berbasis teknologi, aktiva tidak berwujud merupakan hal yang sangat penting. Perusahaan e-comerse, seperti shopee, toko pedia, buka lapak, dll tidak memiliki produk atau peralatan secara fisik, tetapi membantu orang-orang membeli dan menjual sesuatu mulai dari mainan batman hingga bingkai gambar tua. Setiap bulan perusahaan melayani jutaan pelanggan. 

    Modal intelektual e-comerse atau Intel sulit untuk diukur. sering kali aktiva tidak berwujud sebuh perusahaan lebih besar daripada kekayaan fisiknya.  Aktiva tidak berwujud dapat saja menjadi nilai pasar perusahaan secara keseluruhan, sehingga perusahaan itu harus menilai aktiva tak berwujudnya seperti ketika menilai persediaan dan peralatan.
    Menurut Weygan, Keiso, dan Walter (2008:118) aktiva tak berwujud (intangible assets) memiliki dua karakteristik utama :
1.    Kurang memiliki eksistensi fisik
    Tidak seperti aktiva berwujud seperti properti, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
2.    Bukan merupakan instrumen keuangan
      Aktiva seperti deposito bank, piutang usaha dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
    Menurut Dyckman, Dukes, dan Davis (2001:3) aktiva tak berwujud dicantumkan pada neraca dengan nama-nama tertentu seperti aktiva tak berwujud, aktiva operational tak berwujud, aktiva tetap tak berwujud, dan aktiva lainnya. 
    Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan aktiva tak berwujud atau dikenal dengan istilah Intangible Assets adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki umur ekonomis yang panjang dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan tetapi tidak mempunyai bentuk fisik yang dapat diobservasi atau dilihat secara langsung. Biasanya aktiva tak berwujud berbentuk seperti hak paten, hak cipta, merk dagang, hak waralaba, Leasehold, biaya organisasi, franchises, dan goodwill.
B.    Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud dapat diklasifikasikan menurut empat atributnya yaitu :
1.    Cara akuisisi (manner of acquisidtion)
        Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membeli dari perusahaan lain, seperti membeli waralaba atau paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah dengan membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan merk dagang.
2.    Dapat diidentifikasikan (identifiability) 
    Beberapa aktiva tak berwujud dapat diidentifikasikan secara terpisah dari aktiva perusahaan lainnya. Contohnya mencakup paten, merk dagang, dan waralaba. Aktiva tak berwujud lainnya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan dengannya. Contohnya adalah goodwill, yang nilainya didasarkan atas beberapa faktor seperti loyalitas konsumen atau kualitas produk maupun sumber daya manusianya dan bukan dari hak kepemilikan khusus.
3.    Dapat dipertukarkan (exchangeability) 
      Beberapa aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli atau dengan kata lain dapat dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merk dagang, dan waralaba. Aktiva tak berwujud lainnya yang dapat diidentifikasi secara terpisah, tidak dapat dipertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga. Contohnya goodwill yang hanya akan mempunyai nilai jika ia dikombinasikan atau dihubungkan dengan aktiva lainnya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainnya.
4.    Periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit
     Beberapa aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu tidak terbatas. Periode manfaat dari aktiva tak berwujud lainnya dapat dibatasi dengan faktor ekonomis atau pembatasan hukum atau kontraktual.
C.    Jenis-Jenis Aktiva Tak Berwujud
    Akuntasi untuk aktiva tak berwujud bergantung pada apakah aktiva tak berwujud itu mempunyai umur manfaat terbatas atau tidak terbatas. Terdapat banyak jenis aktiva tak berwujud, yang sering kali dikelompokan menjadi enam kategori besar yaitu :
1.    Aktiva Tak Berwujud yang Terkait dengan Pemasaran
      Bentuk umum dari aktiva tak berwujud yang berhubungan dengan pemasaran adalah merek dagang (trademark) atau nama dagang (trade name). Merek dagang (trademark) merupakan hak tunggal yang dimiliki perseorangan atau suatu perusahaan untuk menggunakan brand, lambang, logo usaha atas suatu produk maupun jasa. Pembukuan nilai merek dagang sangat berpengaruh dengan nilainya. Bila nilainya terlalu besar, maka perlu dilakukan kapitalisasi dan amortisasi. Namun, pada beberapa kasus tidak dilakukan amortisasi karena umurnya yang tidak terbatas. Bila nilainya relatif kecil, maka perusahaan bisa menjadikannya sebagai beban pada periode yang sama.
      Pendaftaran pada kantor paten dan merek dagang memberikan perlindungan hukum untuk sejumlah pembaharuan kembali yang tak terbatas dalam masing-masing periode selama 10 tahun. Sehingga perusahaan yang menggunakan suatu merek dagang atau nama dagang yang telah ditetapkan dapat menganggapnya memiliki umur yang tak terbatas. Nama dagang sepeti aqua untuk minuman, Honda untuk sepeda motor, Toyota untuk merk mobil merupakan nama-nama yang sangat populer di masyarakat. Merk ini memiliki nilai ekonomi yang besar bagi perusahaan.
      
2.    Aktiva Tak Berwujud yang Terkait dengan Pelanggan
      Aktiva tak berwujud yang terkait dengan pelanggan dihasilkan dari interaksi dengan pihak luar. Contohnya adalah daftar pelanggan, catatan pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggang yang terkait kontrak maupun tidak. Database pelanggang ini meliputi nama, informasi kontak, sejarah pemesanan dan informasi demografis. 
    Sebagai contoh PT NusaPerkasa pada tahun 2019 membeli  daftar pelanggan dari perusahaan lain senilai Rp 60.000.000,00. Perusahaan berharap untuk mendapatkan manfaat secara merata selama periode tiga tahun dari informasi itu. Dalam hal ini, daftar pelanggan adalah aktiva tak berwujud dengan umur manfaat terbatas, sehingga We Market harus mengamortisasikannya menurut periode garis lurus selama periode tiga tahun.
      PT NusaPerkasa mencatat pembelian daftar pelanggan dan amortisasi daftar pelanggan itu pada setiap akhir tahun sebagai berikut :
Daftar pelanggan                          Rp 60.000.000,00
      Kas                                                                 Rp 60.000.000,00
      (Untuk mencatat pembelian daftar pelanggan)
Beban amortisasi daftar pelanggan           Rp 20.000.000,00
      Akumulasi amortisasi daftar pelanggan                          Rp 20.000.000,00
      (untuk mencatat beban amortisasi)
3.    Aktiva Tak Berwujud yang Terkait dengan Seni
      Suatu hak cipta (copyrights) merupakan hak yang diberikan pemerintah kepada para penulis, pelukis, pemusik, pematung, dan seniman lain atas kreasi dan ekspresi mereka. Hak cipta, atau lebih dikenal sebagai copyright merupakan hak tunggal yang diberikan kepada perseorangan ataupun badan untuk menjual atau memperbanyak suatu karya maupun barang baik yang berasal dari hasil seni ataupun karya intelektual.
        Hak cipta bisa didapatkan dengan cara riset, dan dapat dijual. Jangka waktu kepemilikan adalah 28 tahun dan masih bisa diperpanjang selama 28 tahun lagi. Copyright yang didapat dari ciptaan sendiri biasanya memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dibebankan pada periode akuntansi tersebut. Sedangkan copyright yang didapatkan dengan cara membeli nilainya akan cenderung besar, sehingga perlu dikapitalisasi dan diamortisasikan. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak cipta dapat dikapitalisasi, tetapi biaya penelitian dan pengembangan yang terlibat harus dibebankan pada saat terjadinya.
        Perusahaan dapat membayar mahal untuk membeli hak cipta yang sudah ada. Biaya yang dibebankan pada suatu hak cipta terdiri dari beban-beban yang diperlukan untuk menetapkan hak tersebut. Bilamana suatu hak cipta dibeli, maka dicatat dengan harga belinya. Biaya proses pengendalian yang mungkin terjadi di kemudian hari untuk melindungi hak cipta tersebut, jika sukses, harus dikapitalisasikan sebagai suatu nilai tambahan pada hak cipta. (Smith & Skousen, 1992:415)
4.    Aktiva Tak Berwujud yang Terkait dengan Kontrak
    Aktiva tak berwujud yang terkait dengan kontrak merupakan nilai dari hak yang muncul dari perjanjian kontrak. Contoh dari waralaba (franchises) yaitu perjanjian lisensi, ijin bangunan, hak siaran, dan kontrak jasa.
 Waralaba (franchises) adalah perjanjian kontrak di mana pemilik waralaba (franchisor) memberikan hak kepada pemegang waralaba (franchisee) untuk menjual produk atau jasa tertentu, untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang tertentu, atau untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu, biasanya di daerah geografis yang telah ditentukan.
    Jenis waralaba lainnya adalah perjanjian yang biasa dilakukan oleh pemerintah kota (atau badan pemerintah lain) dan penggunaan properti publik oleh suatu perusahaan bisnis. Contohnya adalah penggunaan tanah publik untuk kabel telepon atau listrik, penggunaan saluran telepon untuk TV kabel, penggunaan jalan raya untuk lintasan bis, atau penggunaan gelombang udara untuk penyiaran radio dan TV. Hak pengoprasian seperti itu diperoleh melalui perjanjian dengan unit atau lembaga pemerintah, yang sering kali disebut sebagai lisensi (licenses) atau ijin.
      Waralaba dan lisensi dapat berlangsung selama periode waktu tertentu, selama periode yang tidak terbatas, atau perpetual. Perusahaan yang mendapatkan hak waralaba atau lisensi mencatat suatu akun aktiva tak berwujud yang berjudul waralaba dan lisensi dalam pembukuannya, hanya jika terdapat biaya (seperti pembayaran lump sum di muka atau biaya hukum dan pengeluaran lainnya). 
    Biaya waralaba dengan umur yang terbatas harus diamortisasi sebagai beban operasi selama umur waralaba. Pembayaran tahunan yang dilakukan menurut perjanjian waralaba harus dicatat sebagai beban operasi dalam periode ketika hal itu terjadi. Jumlah itu bukan merupakan aktiva karena tidak berhubungan dengan hak masa mendatang untuk menggunakan properti publik.
5.    Aktiva Tak Berwujud yang Terkait dengan Teknologi
      Aktiva tak berwujud yang terkait dengan teknologi berkaitan dengan inovasi atau kemajuan teknologi sakah satunya hak patent. Yaitu hak istimewa yang diberikan pemerintah kepada perseorangan atau perusahaan tertentu untuk memanfaatkan suatu penemuan melalui direktorat paten. Hak paten biasanya diberikan maksimal selama 17 tahun, dan dapat dipindah tangankan kepada pihak lain.
      Perusahaan membebankan biaya hukum dan biaya lainnya yang dikeluarkan dalam upaya yang berhasil untuk mempertahankan tuntutan paten didebet ke paten, yaitu akun aktiva, karen tuntutan semacam itu memberikan hak hukum bagi pemegang paten. Biaya semacam ini harus diamortisasi bersama dengan biaya akuisisi selama masa manfaat paten yang tersisa.
      Beban amortisasi seharusnya mencerminkan pola, jika ditentukan dengan tepat dimana perusahaan menggunakan paten. Perusahaan dapat mengkredit amortisasi paten secara langsung ke akun paten atau ke akun akumulasi amortisasi paten.
      Sebagai contoh PT MiracleAbadi mengeluarkan biaya hukum sebesar Rp 80.000.000,00 pada tanggal 1 Januari 2019, untuk mempertahankan paten. Paten itu memiliki masa manfaat 20 tahun, dan diamortisasi atas dasar garis lurus. PT MiracleAbadi mencatat biaya hukum dan amortisasi pada akhir tahun 2019 adalah sebagai berikut :
1 Januari 2019
Paten                                             Rp 80.000.000,00
      Kas                                                                 Rp  80.000.000,00
      (untuk mencatat biaya hukum yang berhubungan dengan paten)
31 Desember 2019
Beban amortisasi paten                 Rp 4.000.000,00
      Akumulasi amortisasi paten                           Rp 4.000.000,00
      (untuk mencatat amortisasi paten)
6.    Goodwill
      Goodwill adalah nilai lebih yang dimiliki suatu perusahaan sebagai akibat adanya nama baik, letak yang strategis, manajer yang profesional dan sebagainya. Goodwill adalah aktiva yang unik, goodwill sering kali disebut sebagai aktiva yang paling tidak berwujud dari aktiva tak berwujud, karena goodwill hanya dapat diidentifikasikan pada bisnis secara keseluruhan. Satu-satunya cara agar goodwill itu dapat diakui dan dicatat adalah dengan menjual bisnis atau berpindah keperusahaan lain.
Contoh:
      PT CemerlangAbadi memperluas bisnisnya dengan  mengakuisisikan PT MegaIndah. Jumlah nilai pasar aktiva PT MegaIndah adalah Rp 900.000.000,00 juta dan total kewajibannya adalah Rp 100.000.000,00, sehingga total aktiva PT MegaIndah adalah Rp 800.000.000,00 juta. PT CemerlangAbadi membayar Rp 1.000.000.000,00 juta untuk membeli PT MegaIndah. Dalam kasus ini, PT CemerlangAbadi telah membayar Rp 200.000.000,00 juta untuk goodwill, yang dihitung sebagai berikut :



1 Januari 2019

31 Desember 2019, 2020, 2021


         Hak paten diamortisasi selama periode tertentu, dan bisa dihitung atas dasar unit produk yang dibuat. Pada penulisan jurnalnya, akun amortisasi paten akan didebitkan. Sedangkan akun paten dikreditkanJika sebuah perusahaan  membeli paten dari perusahaan lain (atau pemilik lainnya), maka harga belinya merupakan biaya paten tersebut. Biaya lainnya yang dikeluarkan sehubungan dengan pengamanan paten itu, seperti biaya jasa pengacara dan biaya lainnya yang tidak dapat dipulihkan akibat tuntutan hukum yang berhasil untuk melindungi paten, dapat dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya paten.


Harga perolehan goodwill :
Harga beli PT MegaIndah                                                                    Rp 1.000.000.000,00
Nilai wajar aktiva PT MegaIndah                     Rp 900.000.000,00
Nilai utang PT MegaIndah                                Rp 100.000.000,00 -
Nilai aktiva bersih PT MegaIndah                                                       Rp  800.000.000,00 -
Harga beli goodwill                                                                              Rp 200.000.000,00

Ayat jurnal yang dibuat PT CemerlangAbadi untuk mencatat pembelian PT MegaIndah, termasuk goodwill adalah :
Macam-macam Aktiva                              Rp 900.000.000,00
Goowill                                                     Rp 200.000.000,00
      Utang                                                                                  Rp    100.000.000,00
      Kas                                                                                      Rp 1.000.000.000,00

Goodwill memiliki beberapa fitur khusus :
1)    Goodwill hanya dicatat oleh perusahaan yang membeli perusahaan lain. Reputasi yang sangat baik dapat menciptakan goodwill, namun perusahaan tersebut tidak pernah mencatat goodwill untuk bisnisnya sendiri. jadi goodwill hanya dicatat oleh perusahaan yang memperolehnya ketika membeli perusahaan lain.
2)    Goodwill tidak diamortisasi. Perusahaan hanya mengukur nilai saat ini goodwill yang diperoleh setiap tahunnya. Jika nilai goodwill naik, tidak ada yang dicatat. Namun, jika nilai goodwill menurun, perusahaan akan mencatat kerugian dan menulis penurunan goodwill. 
Sebagai contoh anggaplah goodwill PT CemerlangAbadi yang dibeli di atas hanya bernilai Rp 150.000.000,00 pada akhir tahun pertama. Dalam kasus ini, PT CemerlangAbadi akan membuat ayat jurnal berikut :
Kerugian goodwill                                      Rp 50.000.000,00
            Goodwill (Rp.200.000.000,00-Rp150.000.000,00)             Rp 50.000.000,00
            (pencatatan kerugian goodwill)

D.    Amortisasi Aktiva Tak Berwujud
    Menurut Horngren (2007:502), amortisasi adalah pengurangan sistematis atas nilai tercatat aktiva pada pembukuan. Amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan ke beban usaha (biaya) yang pada aktiva tetap berwujud dikenal dengan penyusutan dimana perhitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama saja dengan cara perhitungan maupun pencatatan atas penyusunan aktiva tetap berwujud.
Amortisasi dihitung selama estimasi umur manfaat aktiva. Biasanya dengan metode garis lurus. Keusangan sering kali memperpendek umur manfaat aktiva tidak berwujud. Beban amortisasi untuk aktiva tak berwujud dapat dikreditkan secara langsung ke aktiva tanpa akun akumulasi amortisasi.
Aktiva tak berwujud mempunyai umur manfaat yang terbatas atau umur manfaat yang tidak terbatas.
1.    Aktiva Tak Berwujud yang Mempunyai Umur Manfaat Terbatas
    Sebuah perusahaan mengamortisasi aktiva tak berwujud yang mempunyai umur manfaat terbatas dengan pembebanan sistematis selama umur manfaatnya. Umur manfaat ini harus mencerminkan periode-periode dimana aktiva ini berkontribusi pada arus kas.
Jumlah beban amortisasi untuk aktiva tak berwujud dengan umur manfaat yang terbatas harus mencerminkan pola konsumsi atau pola pemakaian aktiva tersebut oleh perusahaan jika perusahaan itu dapat dengan pasti menentukan polanya.
2.    Aktiva Tak Berwujud dengan Umur Manfaat yang Tak Terbatas
    Jika tidak ada faktor hukum, perundangan, dan kontrak yang membatasi umur manfaat dari sebuah aktiva tak berwujud, maka umur manfaatnya tidak terbatas. Tidak terbatas berarti bahwa tidak ada batas yang dapat diperkirakan dalam periode waktu di mana aktiva tersebut dapat memberikan arus kas. Aktiva dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi.

E.  
Peraturan Menteri Keuangan tentang Amortisasi Kapan Dimulainya Amortisasi

Amortisasi atas harta tak berwujud dimulai pada bulan pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 248/PMK.03/2008 yaitu:
  1. Bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.
  2. Bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak dapat berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.
  3. Bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.
  4. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulang produksi komersial (bulan dimana penjualan mulai dilakukan).

F.    Metode Amortisasi Secara Fiskal
        Penghitungan Amortisasi secara fiskal diatur dalam pasal 11 A ayat UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, metode amortisasi yang diperbolehkan secara fiskal adalah:

Metode garis lurus (straight-line method), yaitu metode yang digunakan untuk menghitung amortisasi harta tak berwujud yang dilakukan pada bagian-bagian yang sama besar dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran selama masa manfaat yang telah ditetapkan.

Metode saldo menurun (declining-balance method), yaitu metode yang digunakan untuk menghitung amortisasi dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas nilai sisa buku dan nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus diamortisasikan sekaligus.

Penggunan metode amortisasi dilakukan secara taat azas dan konsisten. Pengeluaran dilakukan sebelum perusahaan beroperasi komersial yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dapat dikapitalisasi kemudian diamortisasi dengan metode diatas.

        Secara umum metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut akuntansi ada dua jenis, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Jika mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2000 mengenai perubahan ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, metode dan penilaian amortisasi aset tak berwujud dikelompokkan berdasarkan masa manfaatnya.


1.    Menggunakan metode Garis lurus
Yaitu perhitungan amortisasi aset tidak berwujud dengan cara menyamakan pembebanan biaya yang dialokasikan di setiap tahunya. Dengan kata lain, nilai penyusutan yang dialami setiap tahunya selalu sama.
Contoh 1:
    Tanggal 1 Januari 2020 perusahaan membayar Rp. 170.000.000 untuk membeli paten. Dan perusahaan tersebut memperkirakan umur paten 5 tahun. Maka biaya amortisasi paten per perperiode adalah ?
Jawab :
Mencatat jurnal harga perolehan
Paten                                 Rp 170.000.000,00
              Kas                                          Rp170.000.000,00

Mencatat beban amortisasi paten :
5 tahun x 12 bulan                     = 60 bulan
                                                   =12/60 x Rp170.000.000,00        
                                                   = Rp 34.000.000,00

Jurnal untuk beban amortisasi paten :
Amortisasi paten                  Rp 34.000.000,00
              Akum. amortisasi Paten                         Rp 34.000.000,00    


2.    Menggunakan metode Saldo menurun
    Yaitu perhitungan amortisasi dengan cara mengalokasikan pembebanan biaya yang mana dihitung semakin menurun setiap tahunnya. Penurunan beban tersebut seiring dengan bertambahnya masa manfaat yang dirasakan perusahaan. Sedangkan pada masa manfaatnya yang terakhir, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa yang ada.

Contoh 1:
    Pada tanggal 1 Januari 2019, PT CiptaMedia memperoleh hak cipta. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan karangan, pendaftaran, dan hak memperoleh hak cipta sebesar Rp. 150.000.000,00. menurut taksiran hasil penjualan karangan, taksiran umur hak cipta 5 tahun.
Berapakah biaya amortisasi hak cipta ?

Jawab :
Mencatat jurnal harga perolehan
Hak cipta                                       Rp 150.000.000,00
                  Kas                                                      Rp 150.000.000,00


Berdasarkan PMK No 126/PMK-11/2012, maka tarif amortisasi menggunakan tarif yang             terdekat. Dalam hal ini karena masa manfaatnya 4 tahun, maka menggunaan tarif                     kelompok I yaitu masa manfaat 4 tahun (50%).

Mencatat besarnya amortisasi per tahun :

Berdasarkan tabel amortisasi saldo menurun tersebut, maka besarnya nilai amortisasi tiap tahun adalah sebagai berikut:
2019        = Rp   75.000.000,00
2020        = Rp   37.500.000,00
2021        = Rp   18.750.000,00
2022        = Rp     9.375.000,00
2023        = Rp     9.375.000,00

Karena tahun 2023 adalah masa manfaat tahun terakhir, maka nilai buku tahun 2022 akan diamortisasi habis tahun 2023. dengan demikian amortisasi tahun 2023 sebesar Rp 9.375.000,00 

Jurnal Amortisasi paten 31 Desember 2019:
Beban Amortisasi              Rp 75.000.000,00
              Amortisasi Hak Cipta                                  Rp 75.000.000,00

Apabila PT Cipta media memperoleh hak cipta tersebut pada tanggal 1 April 2019, maka kita harus menghitung biaya amortisasi tahun 2019 terlebih dahulu
Beban Amortisasi tahun 2019
April – Desember                 = 9 bulan
                                              = 9/12 bulan x Rp 75.000.000,00  
                                              = Rp 56.520.000,00

Jurnal Amortisasi paten 31 Desember 2019:
Beban Amortisasi              Rp 56.520.000,00
      Akum. 
Amortisasi Hak Cipta                                                   Rp 56.520.000,00

Nilai buku paten 31 Desember 2019:

Nilai buku                                    Rp 150.000.000,00
Akumulasi Amortisasi                  Rp   75.000.000,00 -
                                                    Rp   75.000.000,00

Contoh 2:
Pada tanggal 01 April 2020 PT Sindoromart membeli francise sebuah perusahaan dagang PT Indogrosir seharga Rp 150.000.000 selama 5 tahun.
Diminta:
  1. Buatlah perhitungan amortisasi francise tersebut menggunakan metode garis lurus
  2. Buatlah perhitungan amortisasi francise tersebut menggunakan metode saldo menurun
Jawab:
1. Amortisasi garis Lurus
    Masa manfaat franchise senilai Rp 150.000.000,00 selama 5 tahun. Menurut metode garis lurus maka amortisasi akan dibebankan sama setipa tahun selama masa manfaatnya. sehingga amortisasi pertahun adalah Rp 150.000.000,00 /5 = Rp 30.000.000,00.
Perhitungan tabel penyusutanya dapat disajikan sebagai berikut:

   
2. Metode saldo menurun
    Berdasarkan PMK No 126/PMK-11/2012, maka tarif amortisasi menggunakan tarif yang             terdekat. Dalam hal ini karena masa manfaatnya 4 tahun, maka menggunaan tarif                     kelompok I yaitu masa manfaat 4 tahun (50%).
    
perhitunganya disajikan dalam tabel berikut:


-  Amortisasi tahun 2020 tidak genap 12 bulan, karena dimulai dari 1 April, sehingga yang             diperhitungkan hanya 9 bulan. yaitu 1 Januari s.d. 31 Maret 2020.
     Amortisasi 2020        = 9/12 x Rp 150.000.000,00
                                       = Rp 56.250.000,00
- Amortisasi tahun 2024
    Karena tahun 2024 adalah masa manfaat tahun terakhir oleh karena itu sisa nilai buku dibebankan pada amortisasi tahun 2024 yaitu sebesar Rp 11.718.750,00


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB I PENJUALAN ANGSURAN

PENGERTIAN PENJUALAN ANGSURAN Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya  dilaksanakan secara bertahap. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, pejual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran. Untuk menghindari resiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak mengalami kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain: 1.      Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan ke penjual. 2.      Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, kalau pembayarannya sudah lunas. Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali, factor-faktor yang harus diperhatikan penjual : 1.      Besarnya pembayaran pertama (down payment). 2.      Jangka waktu pembayaran.                      ...

Jenis Karakter dan Sumber Data

  JENIS, KARAKTER DAN SUMBER DATA 1. Pengertian Data Data dalam program aplikasi pegolah angka merupakan informasi baik berupa tulisan, angka, symbol, dan informasi lainnya yang memungkinkan untuk di entri kedalam program aplikasi pengolah angka, dalam hal ini Microsoft Excel. 2. Jenis –Jenis Data Dalam microsoft excel data dibagi menjadi empat. a. Data Angka (numeric) Data angka adalah data yang biasanya digunakan untuk operasi perhitungan,Data angka dapat berupa angka 0 sampai dengan 9, +, -, =, $, dan (…). Contoh : 20000, +20000, -20000, = 20000, $20000, (20000). b. Data Teks/Label Data teks/label merupakan data umum, seperti pada aplikasi pengolah kata. Data ini tidak akan dapat dihitung. Data ini diawali alfabet (a-z), kemudian bias diikuti karakter selain data angka dan alpha numeric (gabungan angka dan teks). Perbedaan antara data teks dan angka terletak pada perataan teksnya. Pada teks data akan merapat ke kiri, sedangkan pada numerik data akan merapat ke kanan. c. Data Tan...

Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas Jurnal penerimaan kas adalah jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat kas yang diterima oleh suatu bisnis dari sumber manapun. Sumber utama penerimaan kas dalam bisnis perusahaan adalah sebagai berikut  Penanaman modal oleh pemilik  Penjualan tunai  Penjualan aset dengan uang tunai  Penerimaan dari pelanggan atau penerimaan piutang  Bunga deviden atau sewa  Pinjaman dari individu bank atau lembaga keuangan lainnya Bentuk jurnal penerimaan kas Contoh Transaksi 1. Penerimaan Piutang dalam Periode Diskon Berdasarkan data Perusahaan Piutang Toko Dhira sebesar Rp 33.000.000 dan pelunasan masih pada periode diskon, termin  1/10 net    30 , maka transaksi dapat dicatat sebagai berikut: Piutang        :                                          ...