Pengertian Jurnal Penyesuaian
Pengertian jurnal penyesuaian adalah proses penyesuaian tentang catatan atau fakta yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Jurnal penyesuaian disusun berdasarkan data dari neraca saldo dan data (informasi) penyesuaian akhir periode.
Ayat jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat dalam proses pencatatan perubahan saldo dalam beberapa akun sehingga saldo mencerminkan jumlah saldo yang sebenarnya.
Pengertian jurnal penyesuaian adalah proses penyesuaian tentang catatan atau fakta yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Jurnal penyesuaian disusun berdasarkan data dari neraca saldo dan data (informasi) penyesuaian akhir periode.
Ayat jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat dalam proses pencatatan perubahan saldo dalam beberapa akun sehingga saldo mencerminkan jumlah saldo yang sebenarnya.
Berikut ini adalah perkiraan-perkiraan yang masih memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode:
1. Harta yang sudah menjadi beban
Seringkali perusahaan telah membayar beban untuk beberapa periode mendatang, beban ini dinamakan beban/biaya yang dibayar dimuka. Untuk itu harus dihitung beban mana yang dilaporkan pada periode yang bersangkutan (sekarang).
Contoh Kasus:
Neraca saldo akun asuransi dibayar dimuka menunjukkan nilai Rp. 3.600.000. dan pada akhir periode, informasi saldo akun menunjukkan tersisa sebanyak Rp. 3.000.000. artinya premi asuransi yang sudah menjadi beban adalah Rp 3.600.000 – Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000 (yang harus diakui sebagai beban asuransi dan mengurangi asuransi dibayar dimuka).
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | Insurance expense | 600.000 | ||
Desember | Prepaid Insurance | 600.000 |
2. Beban yang masih harus dibayar
Beban yang masih harus dibayar (Utang Beban), yaitu beban yang sudah menjadi kewajiban dilihat dari segi waktu (jatuh tempo),tetapi perusahaan belum membayarnya.
Contoh Kasus
Gaji
bulan Desember sebesar Rp
3.500.000,00 akan dibayar tanggal 2 Januari 2024.
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | Wages & salaries | 9.000.000 | ||
Desember | Expense Payable | 9.000.000 |
3. Beban/biaya Dibayar dimuka
Beban dibayar di muka adalah biaya yang menjadi kewajiban perusahaan untuk dibayar dalam periode tertentu, namun sudah dibayar terlebih dahulu. Barang atau jasa atas biaya tersebut tidak langsung diterima saat itu juga. Misalnya, perusahaan membayar biaya sewa kantor untuk satu tahun ke depan.
Contoh Kasus
Saldo akun beban iklan sebesar Rp 2.400.000 Untuk masa sewa 12 kali tayang di media sosial. sampi dengan pada akhir periode tahun bulan Desember 2024 iklan baru tayang 8 kali. hal ini berarti saldo beban iklan belum habis, masih ada 4 kali yang belum tayang atau sebagai iklan dibayar dimuka. maka perhitungan beban iklan yang harus disesuaikan adalah sebagai berikut:
yang menjadi beban 8 kali tayang
= 8/12 x Rp 2.400.000
= Rp 1.600.000
yang belum menjadi beban 12-8 =4 kali
= 4/12 x Rp 2.400.000
= Rp 800.000
jadi beban iklan yang sudah menjadi beban
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | Prepaid advertising | 800.000 | ||
Desember | Advertising expense | 800.000 |
4. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima (Piutang Pendapatan)
Pendapatan yang masih harus diterima adalah apabila suatu pendapatan sudah menjadi hak perusahaan namun belum diterima, maka hak tersebut harus dicatat sebagai pendapatan pada periode tersebut.
Contoh Kasus
Perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan yang berjumlah Rp. 550.000. Jumlah ini belum termasuk yang terdapat pada neraca saldo sebesar Rp. 15.600.00 (piutang pendapatan perusahaan). Jadi dicatat sebagai menambah piutang pendapatan dan pendapatan jasa sebesar Rp. 16.150.000.
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | Account receivable | 550.000 | ||
Desember | Income revenue | 550.000 |
5. Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima dimuka tidak boleh dicatat sebagai pendapatan, namun sebagai utang, sebab perusahaan belum merealisasikan pendapatan tersebut untuk apa jadi belum menjadi hak perusahaan.
Contoh Kasus
Saldo pendapatan diterima dimuka berjumlah Rp. 10.000.000. dan sampai akhir periode perusahaan baru mengerjakan sebesar Rp. 2.600.000. Jadi dicatat sebagai pendapatan sewa bertambah dan pendapatan diterima dimuka berkurang sebesar Rp. 2.600.000. Artinya masih ada Rp. 7.400.000 yang masih menjadi utang pendapatan perusahaan.
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2017 | Income revenue | 2.600.000 | ||
Desember | prepaid revenue | 2.600.000 |
6. Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan atau depresiasi aktiva tetap adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan merupakan proses alokasi dari harga perolehan aktiva tetap berwujud selama periode yang menerima manfaat atas penggunaannya.
Penyusutan aktiva tetap harus dicatat sebagai pengakuan beban depresiasi atau beban penyusutan oleh perusahaan.
Contoh Kasus
Perusahaan memiliki Mesin dengan nominal 100 juta. jika perusahaan memutuskan bahwa penyusutan peralatan/ sebesar 5% per tahun. Maka besarnya penyusutan mesin adalah 5% x 100.000.000 = Rp 5.000.000. maka jurnal penyesuaiannya yang dibuat adalah.
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | Depreciation of equipment | 5.000.000 | ||
Desember | Accum. Depreciation of equipment | 5.000.000 |
7. Pemakaian Perlengkapan / Perlengkapan yang Tersisa
Perlengkapan adalah bahan-bahan yang dibeli untuk kepentinfan operasi perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Perusahaan harus mencatat pemakaian perlengkapan atau dilakukan perhitungan fisik terhadap jumlah perlengkapan yang telah terpakai atau yang masih tersisa.
Contoh Kasus
Saldo akun perlengkapan di neraca saldo sebesar Rp. 4.400.000. Pada akhir periode informasi menunjukkan perlengkapan yang masih tersisa sebesar Ro. 2.700.000. artinya perusahaan telah melakukan pemakaian perlengkapan sebesar Rp. 4.400.000 – Rp. 2.700.000 = Rp. 1.700.000.
Jadi dicatat menambah beban perlengkapan dan mengurangi perlengkapan sebesar Rp. 1.700.000.
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | Supplies expense | 1.700.000 | ||
Dec | 1.700.000 |
7. Pencatatan Cadangan Piutang
Jurnal koreksi adalah jurnal yang dibuat untuk membetulkan pencatatan yang sebelumnya telah dicatat dengan salah. kesalahan ini muncul karena beberapa hal seperti kesalahan tentaratan jumlah uang, kesalahan pencatatan nama akun atau transaksi yang terjadi tetapi tidak dicatat.
Contoh Kasus
UD Karima memiliki piutang sebesar Rp 300.000.000. Cadangan kerugian piutang ditaksir 5 % dari saldo piutang akhir tahun 2023. Cadangan Kerugian piutang pada NS (K) Rp 7.000.000,-.
Perhitungan:
Cadangan kerugian piutang = 5 % x Rp 300.000.000
= Rp 15.000.000
Cadangan kerugian piutang pada NS = 7.000.000.000
Cadangan kerugian piutang penyesuaian = Rp 15.000.000 - Rp 7.000.000.000
= Rp 8.000.000
Jurnal yang dicatat oleh UD Karima adalah sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 | bad debt expense | 8.000.000 | ||
Des | 8.000.000 |
8. Penutupan PPN Masukan dan Keluaran
Pencatatan PPN Income dan PPN Outcome apabila sesuai dengan faktur
pajak standar, maka kedua akun tersebut dapat segera ditutup saldonya
dipindahkan ke PPN Payable.
Contoh Kasus
UD Karima memiliki saldo PPN income sebesar Rp 22.000.000, PPN outcome sebesar Rp 32.000.000.
Jurnal yang dicatat oleh UD Karima adalah sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Ref. | Debit | Kredit |
2024 Des | PPN Outcome | 32.000.000 | ||
PPN Income PPN Payable | 22.000.000 10.000.000 |
Komentar
Posting Komentar